Derita rakyat kecil yang tersisihkan dipinggiran Jakarta.
Tadi pagi nongkrong dikaki lima untuk sarapan pagi, didekat pasar dipinggiran jakarta, sembari para pedagang ngobrol membahas harga minyak goreng serta bahan baku jualan mereka yang naik menjulang tinggi.
Sementara pedagang kalau manaikkan harga untuk menyesuaikan kenaikan harga bahan baku dagangan akan diprotes melaui medsos dengan harga di getok.
Tiba-tiba seorang pedagang bertanya sama saya, menurut bapak kalau kita sesuaikan kenaikan harga pembelian bahan baku dan harga jual makanan apa bapak setuju? Saya jawab silahkan bu, ibu berdagang untuk mencari nafkah buat keluarga, sahut ku. Wah kalau semua pembeli mengerti seperti bapak enak juga kata pedagang lainnya.
Seorang pedagang bertanya kepada saya, kenapa ya pak tidak ada yang demo tentang kenaikan minyak goreng, sekarang minyak goreng 2 liter hampir 50 ribu, padahal sebelumnya 2 liter kita beli hanya 20 sampai 22 ribu cetusnya. Sementara banyak demo-demo saat ini, tidak satupun ada yang demo membela kami pedagang kecil. Dengan santai saya jawab mungkin tidak ada yang membiayai untuk kenaikan migor bu, mungkin juga negara dan pemerintah tidak membutuhkan kita rakyat kecil saat ini, buktinya pemerintah sudah mengatakan migor sudah kembali normal dan murah.
Bapak ibu tidak perlu protes melalui demo, saya kasih saran bapak ibu disini berdagang ada 20 lapak, kalau dihitung di area sini mungkin ada 150 lapak, untuk memenuhi keinginan bapak ibu, tahun 2024 pemerintah butuh hak konstitusional bapak ibu dan keluarga yang dimiliki bapak ibu, nah saat itulah lakukan protes dengan cara tidak menyerahkannya, agar mereka sadar.
Walaupun bapak ibu diberikan sembako dan uang, pergunakanlah hak konstitusional bapak ibu untuk kelanjutan kehidupan bapak ibu dan keluarga kedepan, hanya itu yang bisa saya sarankan untuk bapak ibu.
Saya tidak caleg, atau sedang berkampanye, agar bapak ibu tidak risau dan khawatir dengan hasil dagangan hari ini saya bantu bapak ibu, dan mari kita berdoa bersama-sama agar rakyat indonesia diberkati Tuhan Yang Maha Kuasa.
Akupun pamit sambil berpikir bagaimana menyampaikanpenderitaan dan keluhan mereka, dan kepada siapa, akhirnya saya putuskan menjadikan coretan-coretan ini, agar tidak menjadi beban dihati, sebab saya tidak siapa-siapa di negara ini.
Tomu Pasaribu S.H, M.H.